Jemaat GKKI lawan Petugas |
(arrosyad.blogspot.com) Kita sering sekali mendengar istilah “anarkis“,
bahkan mungkin layar televisi, media cetak maupun elektronik tak akan
sepi dari pemberitaan perihal kata Anarkis. Namun ternyata istilah
anarkis dapat digaris besarkan pemakaiannya menjadi dua hal besar, yakni
yang berkaitan dengan islam dan yang berkaitan dengan masyarakat umum.
Misalnya dalam hal pemberitaan yang menyangkut islam, kita pasti pernah
bahkan sering mendengar “FPI melakukan tindakan anarkis, atau demo penolakan Ahmadiyyah berakhir dengan tindakan anarikis dari ormas islam, dll”. Adapun dalam pemberitaan yang berkaitan dengan masyarakat umum misalnya ” demo buruh berakhir anarkis, atau PKL melawan petugas dengan tindakan anarkis, dll”.
Bahkan minggu-minggu terakhir ini
berbagai media baik cetak maupun elektronik dan tak ketinggalan pula
media sosial ramai dengan pemberitaan yang bertemakan “FPI melakukan demo anarkis penolakan Ahok”
bahkan ada wacana untuk pembubaran Ormas yang menangani Bidang Nahi
Mungkar tersebut. Semua media hampir memberitakan berita serupa
seolah-olah FPI secara khusus dan Umat islam secara umum adalah kelompok
manusia yang suka berbuat anarkis. Media seolah-olah membeo dalam hal
ini, ya membeo karena sang Beo tidak pernah dan tidak bisa
mengklarifikasi suara yang ia dengar dan ia langsung menyahut mengikuti
suara itu.
Namun apa yang terjadi ketika umat non
islam yang berbuat anarkis, atau bahkan melakukan tindakan sparatis?
sedikit sekali media yang memberitakannya bahkan bisa dikatakan “tidak
ada”, lantas kemana media-media itu? media yang gemar memberitakan
keburukan yang diperbuat umat islam (padahal belum tentu keburukan yang diberitakan itu sesuai fakta),
mereka diam seribu bahasa seakan dipaksa diam atau seakan aliran
listrik dikantor mereka padam sehingga mereka tidak bisa memberitakan
berita tidakan anarkis yang dilakukan non muslim.
Rabu 15 Oktober 2014 kemarin terjadi
tindakan anarkis yang dilakukan oleh jemaat GKKI (Gereja Kristen Kudus
Indonesia) melawan polisi, di Batam. Kabarnet.in melansir berita sebagai
berikut “Berdasarkan pantauan di lokasi, Rabu 15 Oktober 2014,
sebelum eksekusi Wakil Panitera Pengadilan Negeri Batam Ibnu Fauzi
membacakan surat putusan eksekusi di hadapan petugas dan jemaat GKKI.
Selanjutnya, petugas kepolisian berusaha mendobrak barisan jemaat, namun
mereka membalas dengan cara anarkis melempari polisi dengan batu dan
besi serta disiram air“. Bahkan dikabarkan bahwa polisi terpaksa mengamankan 18 orang yang diduga sebaia provokator.
lantas kemana media yang lain? mengapa
tidak memberitakan tindakan anarkis yang dilakukan jemaat GKKI
tersebut?. apakah ketika non muslim berbuat anarkis, lantas tidak boleh
diliput dan diberitakan? pertanyaan-pertanyaan ini muncul seiring
gencarnya berita tindakan anarkis yang dilakukan oleh umat islam atau
bahkan berita dan cap teroris yang disematkan kepada beberapa orang dari
umat islam. Dan di sisi lain sepinya pemberitaan ketika ada tindakan
anarkis yang dilakukan oleh non muslim, inilah faktanya.
0 komentar:
Posting Komentar